Minggu, 11 Mei 2014

Monumen Simpang Lima Gumul : "Paris di Tanah Jawa"

Sepasang anak kecil berusia 8 dan 5 tahun terlihat sedang membentuk suatu "pose", anak laki-laki yang mengenakan baju berwarna merah dengan corak hitam melingkarkan tangan kanannya di atas bahu anak perempuan berambut hitam panjang di sebelahnya. Gelak tawa muncul sembari sang ayah mengatur posisi sepasang saudara yang tertawa riang tersebut. Tak lama kemudian, sang ayah mundur beberapa langkah dan kemudian memotret kedua anak yang disayanginya dengan kamera slr yang menggantung di lehernya. Dengan beralaskan rumput nan hijau dan latar monumen yang indah, sejenak sang ayah melihat hasil gambar yang berhasil ia bidik. Tak lama berselang simpul senyum sang ayah puas pun terpancar dari keriput wajahnya, kemudian kepada kami ia berkata "lihat, layaknya di Paris," ujar sang ayah tersebut.

Monumen Gumul - Kediri
Berkali-kali sebutan Paris terdengar, sebelum saya dan sekitar 20 teman lainnya yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMANIKA) FISIP UB, melakukan kunjungan kerja ke UB Kampus 4, Kediri, pada Sabtu (10/5/2014). Sekitar pukul 07.15 pagi, saat pembacaan agenda acara yang akan kami lalui, ketua pelaksana kami mengatakan selepas kunjungan dari UB kampus 4, kita akan beristirahat di "Paris" sebelum nantinya kembali ke Malang. Beberapa dari kami yang tak mengerti sempat mempertanyakan kata "Paris" yang dimaksudkan, beberapa yang (mungkin) telah sempat mengunjungi sebelumnya menjawab dengan gelagat yang beragam, ada yang tertawa sambil berkata "Ya, asik ke Paris lagi" ada pula yang berkata "Nanti kita ke Parisnya Jawa lho" dan beragam jawaban lainnya.


Perjalanan kurang lebih memakan waktu 3 jam dari Kota Malang. Pukul 10.30, kami tiba di UB Kampus 4, Kediri, Jawa Timur. Setelah mengikuti rangkaian acara di UB Kampus 4, sekitar sore pukul 16.00 2 buah kendaraan yang kami tumpangi, Kendaraan ELF dan Mobil Jazz Merah kami parkirkan di tempat parkir ang berjarak kurang lebih 50 meter dari monumen yang menyerupai Monumen L'Arch De Triomphe yang berarti Gapura Kemenangan. Sebuah monumen yang dibangun atas perintah Napoleon Bonaparte dengan tujuan untuk menghormati jasa tentara kebesarannya. 

Pemandangan Monumen Gumul dari Tempat Parkir
Atas dasar itulah, sekitar tahun 2003 Ir. H. Sutrisno, MM. selaku Bupati Kediri saat itu membangun monumen di simpang lima gumul dengan tinggi sekitar 25 meter yang berdiri di tengah-tengah taman dengan relief gambar artistik yang menggambarkan kehidupan kerajaan kediri yang dipimpin oleh Radja Brawijaya pada saat itu. Semangat Raja Brawijaya untuk menyatukan lima daerah yang dulunya sering berseteru di jamannya, yaitu Pare, Kediri, Plosoklaten, Pesantren, dan Menang menjadi satu semangat sehingga monumen tersebut tepat diposisikan di tengah jalur lima jalan arah daerah-daerah tersebut oleh bupati saat itu.

Monumen yang berdiri megah dengan luas bangunan 804 meter persegi dan tinggi 25 meter, di tumpu 3 tangga 3 meter dari dasar pura tersebut, tidak hanya dijadikan sekedar monumen belaka. Pada bagian atas monumen, juga terdapat sebuah ruangan berbentuk aula yang sering digunakan untuk acara-acara pernikahan dan sebagainya. Angka luas dan tinggi monumen juga mencerminkan tanggal, bulan, dan tahun hari jadi Kabupaten Kediri, 25 Maret 804 Masehi.


Menariknya, monumen yang merupakan ikon Kabupaten Kediri ini, memiliki sebuah terowongan bawah tanah, yang menghubungkan antara tempat parkir dengan area monumen yang terletak di seberang jalan. Posisi tempat parkir yang terpisah, beserta spot makanan dan area bermain anak membuat monumen tersebut terlihat bersih dan tertata.

Waktu 30 menit kami habiskan dengan mendokumentasi-kan monumen yang menjadi bukti semangat dan kebesaran Kabupaten Kediri. Tak heran, masyarakat Kediri yang kami temui pun terlihat antusias untuk duduk dan bercengkrama menikmati pemandangan yang indah layaknya menikmati suatu peradaban indah dari Eropa. Tak jauh dari seorang bapak yang mengambil potret kedua anaknya, juga terdapat sepasang kekasih yang saling duduk berhadapan membicarakan sesuatu. Di dekat monumen, bagian patung arca brawijaya, seorang anak kecil dinaikkan orang tuanya di samping patung tersebut kemudian sang ibu mengambil potret buah hatinya tersebut. Beberapa meter di dekatnya, sekolompok pemuda berjalan sambil seseorang diantara mereka menunjuk ke suatu arah. Serta rombongan kami, sibuk berpose ria, di sebuah tempat yang akhirnya kami juluki "Paris di Tanah Jawa." 


Bersama Teman-Teman di Simpang Lima Gumul - Kediri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar